Musik Asik

Sabtu, 01 Januari 2011

Seputih Kasih Ibu ^^



Jantung berdetak, menggugurkan impian dari balik sunyi...
Aku menjerit dalam hati...
Dan matahari tak pernah frustasi menyinari bumi…
Biar kuurai langit dengan sepi…
Ketika semua memalingkan muka atas getir yang melandaku…
Kemana ku harus menepi..???
Kekasih menjauh, sahabat pergi…
Seakan tiada peduli…
Namun, kulihat dirinya yang masih memandangiku
Dari balik kelopak matanya yang terlukis cinta…
Mengajakku bangkit menggagahi mimpi bersama denting cinta
Yang ia persembahkan…
Ibu…
Cintamu seperti sinar rembulan yang mampu menerangi
Hingga ke dinding hati…
Disaat bulan redup, Engkau mampu menyinariku
Dengan cahaya cintamu…
Kudengar ceritamu dari ceruk kesilaman…
Menjaga, mengasihi, dan menyayangiku…
Engkau pelita di hidupku,
Penyemangat di saat ku terjatuh…
Ibu…
Betapa berartinya dirimu bagiku…
Cinta kasihmu selalu kurindu…
Seperti matahari yang ku nanti setiap pagi…
Ada dan tiada dirimu kan selalu ada dihatiku...
Namamu telah terpahat di dasar jiwaku…
Kasihmu kan kukenang sepanjang hidupku…
Dan…..
Semua memang lebih berarti
Apabila dihayati…
Love mami so much ^^

Sayup-sayup Doa Ibu (Cerpen)


…..  Kubuka album biru, penuh debu dan usang.            
Kupandangi semua gambar diri… kecil bersih belum ternoda…
Terdengar suara Melly Goeslow dari siaran radio favoritku. Membawaku mengitari masa yang pernah ada di hidupku. Ibuku…. Aku tak pernah mengenali seorang yang telah melahirkanku ke dunia. Sungguh memilukan kenyataan yang harus kuhadapi. Aku sering menanyakan keberadaan ibuku pada Ayahku. Beliau mengatakan bahwa ibu pergi ke luar kota untuk beberapa waktu dan suatu saat akan kembali lagi. Tapi, ketika aku menanyakan hal yang sama kepada nenek, nenek justru menjawab kalau ibuku sudah meninggal dunia sewaktu aku berumur satu tahun. Sampai umurku menjelang 19 tahun, sekarang aku masih belum mengetahui kebenaran tentang ibuku.
            Kujalani hari tanpa arti. Dengan hasrat yang tak pasti. Berbagai kepalsuan yang hadir memilukanku. Namun kucoba berdiri menatap hari dengan sisa-sisa semangat yang buyar. Di kampus, aku sering merasa iri kepada teman-teman ketika mendengar cerita tentang keluarga mereka. Rasanya hanya aku yang tidak pernah merasakan indahnya hidup dalam sebuah keluarga yang utuh. Setiap hari suasana di rumahku menyedihkan. Nenek ku selalu saja marah-marah dengan semua orang yang ada dirumah. Apa saja yang dilakukan oleh orang lain selalu disalahkan. Aku tak mengerti mengapa nenek seperti itu. Mungkin karena faktor usia yang membuat emosinya sering meledak-ledak ketika sedang marah. Tapi yang aku herankan, kenapa sekian lama ayahku sanggup dengan kesendiriannya tanpa seorang pendamping. Ayahku seorang dokter gigi. Beliau selalu sibuk dan sering pulang pada malam hari, tak jarang pula Ayah pergi untuk dinas di luar kota. Walaupun begitu, Ayah sangat baik dan perhatian padaku. Aku juga sangat mencintai Ayah. Beliau selalu mensupport-ku agar aku bisa berprestasi di kampus. Kata Ayah ibuku pintar, tapi aku harus lebih pintar dari ibu. Ayah menjadi penyemangat di hidupku untuk selalu menjadi yang terbaik. Tapi aku tetap membutuhkan kehadiran seorang ibu, kasih sayang seorang ibu selalu kuimpi. Apakah ini takdir yang harus kuterima sepanjang perjalanan hidupku??? Aku takkan pernah merasakan damainya kasih sayang ibu..?

Matahari tenggelam tanpa rona keindahan. Hanya kabut hitam yang mengiringi kepergiannya. Akankah ada secercah cahaya bintang yang kan temani malam dengan kemurnian kilau cahayanya?. Sepinya malam membawaku kepada kesunyian. Adakah yang bisa menghiburku malam ini??. Batinku berbisik lirih dalam sepi. Tiba-tiba handphoneku berbunyi, Ayah menelponku dari luar kota.
“Hallo, Assalamualaikum…” , terdengar suara ayah dari seberang.
 “Waalaikum salam… Fina, kamu udah makan,sayang..?”
Aku menjawab dengan cepat tanpa pikir panjang agar ayah tidak khawatir denganku,
Udah, yah.. Ayah dimana sekarang?” tanyaku.
“Ayah sekarang masih di Jakarta,nak.. mungkin besok ayah langsung balik lagi kok. Fina mau dibawa oleh-oleh apa nanti?”.
Aku menjawab, “Fina pengen ayah cepat pulang, itu udah cukup buat Fina senang..”.
“Ya udah kalau begitu, jangan lupa istirahat ya,sayang..!”. Pembicaraan dengan ayah pun berakhir. Aku merasa kesepian tanpa kehadiran ayah di rumah ini.
Aku merebahkan diri di atas kasur. Ku pandangi langit-langit kamar sambil anganku melayang jauh. Mungkinkah aku hanya anak pungut di keluarga ini??. Kenapa hal ini harus kualami di perjalanan hidupku. Aku ingin seperti mereka. Hidup dalam kedamaian cinta keluarga yang utuh dan penuh kasih sayang. Ku hela napas panjang, untuk sekedar melepas penatnya pikiranku. Dan aku tersadar dari lamunanku ketika kudengar suara ketukan pintu kamar. “Fina, makan malam dulu, nanti kamu sakit loh kalau telat makan..!”. Nenek menyuruhku untuk segera makan malam.Aku menyahut dari dalam kamar, “Iya, nek.. Fina bentar lagi langsung makan koq..” . Lalu aku bergegas menuju ke ruang makan untuk makan malam bersama. Sehabis makan malam, aku masuk ke kamar untuk belajar supaya midtest besok berjalan lancar.
 
Sepulang dari kampus, seperti biasa aku mengetuk pintu dan masuk sambil mengucapkan salam. Tapi kali ini aku dikejutkan oleh semua orang yang ada di rumah. Ya Allah,, aku sedikit pun tidak ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-19. Semua mengucapkan selamat dan aku mendapat berbagai macam bingkisan sebagai hadiah ulang tahunku. Aku merasa sangat senang. Ternyata mereka semua sangat menyayangiku. Ayah orang pertama yang memberi ucapan selamat untukku. Di rumah pun diadakan acara berdoa dan makan bersama. Tapi, satu yang mengganjal di pikiranku. Sewaktu aku bersalaman dengan semua orang-orang terdekatku,ada satu orang ibu-ibu yang tadi sempat bersalaman denganku dan sepertinya ibu itu tak pernah kulihat sebelumnya. Kira-kira dia siapa ya? Aku pun tak sempat berkenalan dengannya saat salaman tadi. Malam itu aku langsung menbuka kado-kado hadiah ulang tahunku itu. Aku dapat banyak hadiah. Kado terakhir bentuknya sangat kecil. Aku tak sabar ingin mengetahui apa isi kado tersebut. Di dalamnya ada secarik kertas kecil, dan langsung kubaca. “Selamat ulang tahun ke-19 ya sayang, love, Mama.” Alisku mengerut sesaat sambil terus ku amati kalung yang merupakan isi kado tersebut. Kalung berbentuk hati yang di dalamnya ada foto aku dan……. foto seorang wanita. Aku ingat! Ini kan foto ibu tadi yang belum kukenal itu. Aku langsung keluar dari kamar untuk mencari wanita yang ada di foto kalung itu. Ku dapati dia dimushalla. Sepertinya dia baru saja selesai shalat isya dan sedang berdoa. Diam-diam aku mendengar ucapan doanya dengan suara lirih. “Ya Allah, maafkan aku karena telah mengabaikan tanggung jawabku sebagai seorang ibu dan meninggalkan buah hatiku selama bertahun-tahun lamanya..terimakasih ya Allah, engkau telah melindunginya dengan cinta-Mu..Berikan kedamain di hati anakku Fina, ya Allah. Aku sangat menyayanginya..”
Aku tersentak mendengar doa-doa yang di panjatkan ibu itu, yang ternyata doa itu adalah untukku. Dadaku berdegup kencang. Aku seperti sedang di dalam mimpi. Aku menghadapi kenyataan  yang di luar perkiraanku dan tak pernah kuduga sebelumnya. Tak terasa air bening jatuh dari kelopak mataku. Aku langsung berlari dan memeluk wanita itu. Ibuku. Ya, dia ibuku. Seorang yang selalu kurindukan dalam hidupku. Kini aku bisa merasakan hangatnya pelukan seorang ibu. Seakan detak jantungku menyatu dengan detak jantungnya. Aku tak bisa berkata. Ibuku pun sepertinya menahan isak tangisnya dan memandangku dengan senyum penuh kebahagiaan. Kami telah saling mengerti, bahwa kami adalah satu hati yang terpisahkan.
            Malam ini aku sangat bahagia. Kebahagiaanku terlalu indah untuk dituliskan dalam kata-kata. Dan malam ini tabir itu terungkap sudah. Ternyata Ibuku tidak tinggal bersama kami karena dulu keluarga ayahku tidak setuju atas pernikahan mereka karena ibuku berasal dari keluarga miskin dan dianggap tidak pantas untuk menjadi anggota keluarga ini. Namun kini ibu kembali dengan membuktikan bahwa dia bisa menjadi menantu yang bisa dibanggakan. Ibuku kini telah menjadi pengusaha tekstil yang sukses. Ternyata ayah ke Jakarta setiap bulannya adalah untuk bertemu dengan ibu. Kini kami telah menjadi satu keluarga yang harmonis. Aku sangat bahagia.
            Ibuku cantik,ibuku baik,ibuku pintar, aku bangga padanya. Berkat ketulusan doanya aku bisa bertahan dalam kemelut sepi yang meraja selama bertahun-tahun. Keikhlasan hatinya buatku tabah menghadapi perjalanan hidupku tanpa kasih sayangnya. Ketulusan cintanya menjadikanku seorang yang lebih menghargai hidup sebagai suatu proses untuk berusaha melakukan yang terbaik. Perjuangan ibu begitu besar untuk hidupnya, demi keluarganya. Terimakasih Ya Allah, Engkau telah mengembalikan ibuku kembali bersama kami..jangan pernah Engkau pisahkanku darinya. Ya Allah, di setiap doa hamba selalu hamba panjatkan, jadikanlah ibu hamba bidadari syurgaMu karena doa dan ridha ibu pulalah Engkau pun ridha hingga hamba bisa lahir ke dunia dan merasakan nikmatnya anugerahMu. Izinkanlah hamba juga meraih syurgaMu di bawah telapak kaki ibu. Namun perpisahan ini buatku mengerti bahwa kita akan menyadari betapa nilai seseorang lebih berarti justru ketika dia tiada.