Perempuan
seharusnya yang lebih difokuskan dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup. Potensi perempuan yang besar dapat dikembangkan dalam pemeliharaan,
pelestarian lingkungan dan pencegahan pencemaran lingkungan. Selain jumlah
perempuan cukup mendominasi,
telah banyak juga bukti bahwa perempuan mampu mengatasi masalah lingkungan
disekitarnya. Hal ini dikarenakan, banyak aktivitas perempuan yang berpengaruh
besar terhadap kualitas lingkungan. Selama ini perempuan kurang diikut sertakan
dalam pengelolaan lingkungan baik itu dalam akses, partisipasi, kontrol dan
manfaat. Saatnya suara perempuan didengar!
Indonesia merupakan
negeri yang kaya akan sumber daya alam. Namun, kehidupan di era globalisasi
yang sangat konsumtif menjadi mimpi buruk bagi keberlangsungan sumber daya alam
(SDA). Dalam tingkah laku konsumsinya, manusia mengkonsumsi produk bumi yang
renewable (dapat diperbaharui) bahkan yang non-renewable (tidak dapat
diperbaharui) secara besar-besaran. Akibatnya, berbagai persoalan lingkungan
timbul, bencana terjadi hampir merata di seluruh kawasan di Indonesia. Krisis
lingkungan yang terjadi saat ini berakar dari kesalahan pemikiran dan kurangnya
pemahaman manusia terhadap hak dan perannya dalam kehidupan di bumi ini.
Misalnya, manusia tidak menyadari bahwa mereka hidup dalam suatu keseluruhan
ekosistem yang saling berintegrasi dengan alam dan saling berhubungan. Padahal,
jika terjadi suatu bencana, manusia juga yang akan merasakan akibat yang
ditimbulkan. Dalam hal ini, perempuan merupakan sosok yang menjadi korban utama
dalam kasus pencemaran lingkungan hidup. Perempuan sangat rentan terhadap
kesehatan fisik dan permasalahan kesehatan alat reproduksi terkait dengan
ancaman buruk dari krisis lingkungan yang terjadi di negara kita.
Perempuan sangat berpengaruh besar
terhadap lingkungan. Bayangkan saja, sebagian besar urusan keluarga diatur oleh
perempuan. Mulai dari berbelanja, memasak, membersihkan rumah, halaman, dan
pekerjaan lain. Secara garis besar, semua tindakan perempuan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap lingkungan. Dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas
perempuan seringkali dapat mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan.
Contoh beberapa
aktivitas perempuan yang dapat merusak lingkungan yaitu :
1. Pemakaian
alat-alat kosmetik yang terbuat dari bahan kimia dapat menyerap cahaya kosmik
dari luar atmosfer hingga masuk ke dalam atmosfer bumi hingga cahaya yang masuk
tidak dapat dipantulkan lagi. Akibatnya, suhu lingkungan menjadi panas karena
lapisan ozon menipis. Jika semua wanita di dunia ini menggunakan kosmetik dalam
skala besar, maka efeknya sangat besar, akan sama halnya seperti efek rumah
kaca.
2. Pemakaian
bahan-bahan untuk mandi, mencuci, dan membersihkan lantai; yang terbuat dari
bahan kimia yang dapat merusak ekosistem tanah. Air sisa deterjen atau sabun
yang telah digunakan mengalir menuju ke tempat pembuangan, ternyata sangat
berbahaya. Apalagi jika dialirkan langsung ke tanah atau halaman belakang
rumah, maka ekosistem di dalam tanah akan hilang.
3. Perempuan
sangat terikat dengan penggunaan tissue yang dibawanya kemana saja mereka
pergi. Parahnya, mereka tidak mengontrol pembuangan tissue setelah mereka
pakai. Kebiasaannya, para perempuan dengan seenaknya membuang sampah tissue
mereka. Permasalahan yang besar terletak pada bahan dasar untuk membuat tissue
yang mengharuskan penebangan pohon secara besar-besaran.
4. Perempuan
merupakan produsen sampah plastik terbesar saat berbelanja. Bagaimana tidak,
jumlah kantong plastik yang dibawa pulang dalam bungkusan bahan belanjaan
sangat banyak. Sesampai di rumah, mereka mengumpulkan dan membuangnya. Padahal,
sampah plastik susah terurai di dalam tanah, jika pembuangan sampah plastik
dilakukan secara besar-besaran, maka akan mengundang wabah penyakit jika sampah
plastik tidak dikendalikan dan didaur ulang dengan baik.
5. Perempuan
senang menggunakan pestisida dan pupuk bunga semprot dari bahan kimia yang
dapat merusak ekologi tanah. Jika diperhatikan, saat perempuan menyemprot
tanaman hias di pekarangan rumah mereka, keesokan harinya tidak akan terlihat
lagi belalang yang dulunya sering hinggap di sekitar tanaman itu.
6. Perempuan
sering membuang sampah rumah tangga tanpa memisahkan sampah-sampah tersebut
menjadi sampah kering atau sampah basah sehingga sangat sulit untuk diproses
dalam sistem daur ulang sampah.
7. Pada
saat mandi, mencuci, memasak, menyetrika atau mengerjakan pekerjaan rumah
lainnya, perempuan tidak terlalu peduli dengan penghematan energi. Seringnya,
perempuan menggunakan air dan listrik seenaknya dan bersifat boros.
Namun, perempuan
juga bisa menjadi agen perubahan bagi lingkungannya. Perempuan seharusnya yang
lebih difokuskan dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup. Potensi
perempuan yang besar dapat dikembangkan dalam pemeliharaan, pelestarian
lingkungan dan pencegahan pencemaran lingkungan. Selain jumlah perempuan cukup mendominasi, telah banyak juga
bukti bahwa perempuan mampu mengatasi masalah lingkungan disekitarnya. Hal ini
dikarenakan, banyak aktivitas perempuan yang berpengaruh besar terhadap
kualitas lingkungan. Selama ini perempuan kurang diikut sertakan dalam
pengelolaan lingkungan baik itu dalam akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. Perempuan
juga kurang diberi pengetahuan tentang cara pengelolaan lingkungan termasuk
pengelolaan limbah dan pencegahan pencemaran lingkungan. Perempuan hanya
dijadikan objek, sebagai pemakai bahan-bahan konsumsi rumah tangga, tanpa diberi
pengetahuan tentang bahaya dari bahan-bahan itu terhadap dirinya, keluarga dan
lingkungannya.
Perempuan
merupakan agen perubahan dan memberi pengaruh besar terhadap kualitas
lingkungan hidup. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh perempuan terkait
hubungannya dengan pengelolaan lingkungan, seperti :
1. Mengurangi
pemakaian kosmetik dalam skala besar. Selanjutnya, sisa-sisa dari bahan
kosmetik yang telah digunakan dibuang pada tempatnya atau didaur ulang.
2. Mengurangi
pemakaian deterjen yang berlebihan dan mengontrol pembuangan air limbah sabun
dengan cara menampung di tempat tertentu agar tidak langsung dibuang ke tanah.
3. Perempuan
dapat melakukan perannya di rumah untuk mengendalikan produksi sampah plastik dengan
cara menghemat plastik saat berbelanja di pasar dengan cara membawa tas yang
bisa dipakai berulang-ulang untuk memasukkan barang atau bahan belanjaan.
Perempuan juga dapat mengurangi sampah botol plastik minum dengan cara membawa
bekal minuman kemanapun mereka pergi dan menjadikan itu sebagai suatu kebiasaan
untuk keluarganya.
4. Perempuan
sebagai ibu yang mengatur segala urusan rumah tangga seperti membersihkan rumah
dan pekarangan, dapat membiasakan diri melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk
lingkungan rumah dan akan diikuti oleh anggota keluarga lainnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan membiasakan pembagian sampah berdasarkan kategorinya seperti
sampah basah dan sampah kering dengan cara menyediakan tempat khusus untuk
pembuangan sampah dengan jenis yang berbeda tersebut. Misalnya, sampah basah
dapat dikubur dalam tanah dan dijadikan kompos. Sedangkan sampah-sampah kering
seperti kertas bekas dan botol-botol dapat didaur ulang dan digunakan lagi.
5. Perempuan
sebagai ibu rumah tangga yang dapat menjadi pendidik bagi anak-anak mereka.
Dalam hal ini, seorang ibu bisa menanamkan nilai-nilai kepedulian lingkungan
kepada anak-anaknya dari kecil sehingga si anak terbiasa melakukan hal-hal yang
menjaga lingkungan dimanapun si anak berada.
6. Perempuan
merupakan seseorang yang aktif melakukan penanaman di rumahnya masing-masing.
Setidaknya hal ini dapat menjadi pilar untuk gerakan penghijauan lingkungan di
sekitar tempat tinggal.
7. Perempuan
dapat terlibat langsung melalui suatu organisasi lingkungan dan melakukan sosialisasi
langsung ke sesamanya. Hal ini dianggap lebih mudah untuk dipahami dan diterima
oleh perempuan lainnya.
8. Perempuan
sebagai sosok yang teliti dan telaten, dapat menjadikan permasalahan sampah
menjadi peluang ekonomi dengan cara memanfaatkan sampah menjadi barang yang
dapat digunakan lagi setelah melalui proses daur ulang. Hal ini sangat
bermanfaat untuk mengatasi permasalahan sampah karena dapat mengendalikan dan
mengurangi sampah di lingkungan.
9. Perempuan
dapat mendirikan komunitas lingkungan yang bergerak untuk mengajak kaum
perempuan lainnya agar peduli dan melestarikan lingkungan sekitar pemukiman
mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyalurkan tulisan melalui media
agar penyebaran informasinya lebih meluas dan dapat dijangkau oleh masyarakat
umum.
Dasar dari semua
itu adalah untuk mewujudkan kesehatan, lingkungan yang bersih, air yang bersih dan
jauh dari limbah pencemaran, ventilasi, tumbuhan dan lain-lain. Peran perempuan
dalam rumah tangga, dalam masalah lingkungan di sekitar rumah di jelaskan oleh
KTT Bumi Rio de Jeneiro dalam prinsip ke 20 deklarasi Rio; “Perempuan mempunyai
peran penting dalam pengelola lingkungan dan pembangunan. Partisipasi penuh
mereka sangat penting untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan”.