Musik Asik

Senin, 18 November 2013

Perempuan, Agent of change Lingkungan Hidup




Perempuan seharusnya yang lebih difokuskan dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup. Potensi perempuan yang besar dapat dikembangkan dalam pemeliharaan, pelestarian lingkungan dan pencegahan pencemaran lingkungan. Selain jumlah perempuan cukup mendominasi, telah banyak juga bukti bahwa perempuan mampu mengatasi masalah lingkungan disekitarnya. Hal ini dikarenakan, banyak aktivitas perempuan yang berpengaruh besar terhadap kualitas lingkungan. Selama ini perempuan kurang diikut sertakan dalam pengelolaan lingkungan baik itu dalam akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. Saatnya suara perempuan didengar!
                Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam. Namun, kehidupan di era globalisasi yang sangat konsumtif menjadi mimpi buruk bagi keberlangsungan sumber daya alam (SDA). Dalam tingkah laku konsumsinya, manusia mengkonsumsi produk bumi yang renewable (dapat diperbaharui) bahkan yang non-renewable (tidak dapat diperbaharui) secara besar-besaran. Akibatnya, berbagai persoalan lingkungan timbul, bencana terjadi hampir merata di seluruh kawasan di Indonesia. Krisis lingkungan yang terjadi saat ini berakar dari kesalahan pemikiran dan kurangnya pemahaman manusia terhadap hak dan perannya dalam kehidupan di bumi ini. Misalnya, manusia tidak menyadari bahwa mereka hidup dalam suatu keseluruhan ekosistem yang saling berintegrasi dengan alam dan saling berhubungan. Padahal, jika terjadi suatu bencana, manusia juga yang akan merasakan akibat yang ditimbulkan. Dalam hal ini, perempuan merupakan sosok yang menjadi korban utama dalam kasus pencemaran lingkungan hidup. Perempuan sangat rentan terhadap kesehatan fisik dan permasalahan kesehatan alat reproduksi terkait dengan ancaman buruk dari krisis lingkungan yang terjadi di negara kita.
                Perempuan sangat berpengaruh besar terhadap lingkungan. Bayangkan saja, sebagian besar urusan keluarga diatur oleh perempuan. Mulai dari berbelanja, memasak, membersihkan rumah, halaman, dan pekerjaan lain. Secara garis besar, semua tindakan perempuan mempunyai pengaruh yang besar terhadap lingkungan. Dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas perempuan seringkali dapat mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan.
Contoh beberapa aktivitas perempuan yang dapat merusak lingkungan yaitu :
1.      Pemakaian alat-alat kosmetik yang terbuat dari bahan kimia dapat menyerap cahaya kosmik dari luar atmosfer hingga masuk ke dalam atmosfer bumi hingga cahaya yang masuk tidak dapat dipantulkan lagi. Akibatnya, suhu lingkungan menjadi panas karena lapisan ozon menipis. Jika semua wanita di dunia ini menggunakan kosmetik dalam skala besar, maka efeknya sangat besar, akan sama halnya seperti efek rumah kaca.
2.      Pemakaian bahan-bahan untuk mandi, mencuci, dan membersihkan lantai; yang terbuat dari bahan kimia yang dapat merusak ekosistem tanah. Air sisa deterjen atau sabun yang telah digunakan mengalir menuju ke tempat pembuangan, ternyata sangat berbahaya. Apalagi jika dialirkan langsung ke tanah atau halaman belakang rumah, maka ekosistem di dalam tanah akan hilang.
3.      Perempuan sangat terikat dengan penggunaan tissue yang dibawanya kemana saja mereka pergi. Parahnya, mereka tidak mengontrol pembuangan tissue setelah mereka pakai. Kebiasaannya, para perempuan dengan seenaknya membuang sampah tissue mereka. Permasalahan yang besar terletak pada bahan dasar untuk membuat tissue yang mengharuskan penebangan pohon secara besar-besaran.
4.      Perempuan merupakan produsen sampah plastik terbesar saat berbelanja. Bagaimana tidak, jumlah kantong plastik yang dibawa pulang dalam bungkusan bahan belanjaan sangat banyak. Sesampai di rumah, mereka mengumpulkan dan membuangnya. Padahal, sampah plastik susah terurai di dalam tanah, jika pembuangan sampah plastik dilakukan secara besar-besaran, maka akan mengundang wabah penyakit jika sampah plastik tidak dikendalikan dan didaur ulang dengan baik.
5.      Perempuan senang menggunakan pestisida dan pupuk bunga semprot dari bahan kimia yang dapat merusak ekologi tanah. Jika diperhatikan, saat perempuan menyemprot tanaman hias di pekarangan rumah mereka, keesokan harinya tidak akan terlihat lagi belalang yang dulunya sering hinggap di sekitar tanaman itu.
6.      Perempuan sering membuang sampah rumah tangga tanpa memisahkan sampah-sampah tersebut menjadi sampah kering atau sampah basah sehingga sangat sulit untuk diproses dalam sistem daur ulang sampah.
7.      Pada saat mandi, mencuci, memasak, menyetrika atau mengerjakan pekerjaan rumah lainnya, perempuan tidak terlalu peduli dengan penghematan energi. Seringnya, perempuan menggunakan air dan listrik seenaknya dan bersifat boros.

Namun, perempuan juga bisa menjadi agen perubahan bagi lingkungannya. Perempuan seharusnya yang lebih difokuskan dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup. Potensi perempuan yang besar dapat dikembangkan dalam pemeliharaan, pelestarian lingkungan dan pencegahan pencemaran lingkungan. Selain jumlah perempuan cukup mendominasi, telah banyak juga bukti bahwa perempuan mampu mengatasi masalah lingkungan disekitarnya. Hal ini dikarenakan, banyak aktivitas perempuan yang berpengaruh besar terhadap kualitas lingkungan. Selama ini perempuan kurang diikut sertakan dalam pengelolaan lingkungan baik itu dalam akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. Perempuan juga kurang diberi pengetahuan tentang cara pengelolaan lingkungan termasuk pengelolaan limbah dan pencegahan pencemaran lingkungan. Perempuan hanya dijadikan objek, sebagai pemakai bahan-bahan konsumsi rumah tangga, tanpa diberi pengetahuan tentang bahaya dari bahan-bahan itu terhadap dirinya, keluarga dan lingkungannya.
Perempuan merupakan agen perubahan dan memberi pengaruh besar terhadap kualitas lingkungan hidup. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh perempuan terkait hubungannya dengan pengelolaan lingkungan, seperti :
1.      Mengurangi pemakaian kosmetik dalam skala besar. Selanjutnya, sisa-sisa dari bahan kosmetik yang telah digunakan dibuang pada tempatnya atau didaur ulang.
2.      Mengurangi pemakaian deterjen yang berlebihan dan mengontrol pembuangan air limbah sabun dengan cara menampung di tempat tertentu agar tidak langsung dibuang ke tanah.
3.      Perempuan dapat melakukan perannya di rumah untuk mengendalikan produksi sampah plastik dengan cara menghemat plastik saat berbelanja di pasar dengan cara membawa tas yang bisa dipakai berulang-ulang untuk memasukkan barang atau bahan belanjaan. Perempuan juga dapat mengurangi sampah botol plastik minum dengan cara membawa bekal minuman kemanapun mereka pergi dan menjadikan itu sebagai suatu kebiasaan untuk keluarganya.
4.      Perempuan sebagai ibu yang mengatur segala urusan rumah tangga seperti membersihkan rumah dan pekarangan, dapat membiasakan diri melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk lingkungan rumah dan akan diikuti oleh anggota keluarga lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membiasakan pembagian sampah berdasarkan kategorinya seperti sampah basah dan sampah kering dengan cara menyediakan tempat khusus untuk pembuangan sampah dengan jenis yang berbeda tersebut. Misalnya, sampah basah dapat dikubur dalam tanah dan dijadikan kompos. Sedangkan sampah-sampah kering seperti kertas bekas dan botol-botol dapat didaur ulang dan digunakan lagi.
5.      Perempuan sebagai ibu rumah tangga yang dapat menjadi pendidik bagi anak-anak mereka. Dalam hal ini, seorang ibu bisa menanamkan nilai-nilai kepedulian lingkungan kepada anak-anaknya dari kecil sehingga si anak terbiasa melakukan hal-hal yang menjaga lingkungan dimanapun si anak berada.
6.      Perempuan merupakan seseorang yang aktif melakukan penanaman di rumahnya masing-masing. Setidaknya hal ini dapat menjadi pilar untuk gerakan penghijauan lingkungan di sekitar tempat tinggal.
7.      Perempuan dapat terlibat langsung melalui suatu organisasi lingkungan dan melakukan sosialisasi langsung ke sesamanya. Hal ini dianggap lebih mudah untuk dipahami dan diterima oleh perempuan lainnya.
8.      Perempuan sebagai sosok yang teliti dan telaten, dapat menjadikan permasalahan sampah menjadi peluang ekonomi dengan cara memanfaatkan sampah menjadi barang yang dapat digunakan lagi setelah melalui proses daur ulang. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengatasi permasalahan sampah karena dapat mengendalikan dan mengurangi sampah di lingkungan.
9.      Perempuan dapat mendirikan komunitas lingkungan yang bergerak untuk mengajak kaum perempuan lainnya agar peduli dan melestarikan lingkungan sekitar pemukiman mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyalurkan tulisan melalui media agar penyebaran informasinya lebih meluas dan dapat dijangkau oleh masyarakat umum.

Dasar dari semua itu adalah untuk mewujudkan kesehatan, lingkungan yang bersih, air yang bersih dan jauh dari limbah pencemaran, ventilasi, tumbuhan dan lain-lain. Peran perempuan dalam rumah tangga, dalam masalah lingkungan di sekitar rumah di jelaskan oleh KTT Bumi Rio de Jeneiro dalam prinsip ke 20 deklarasi Rio; “Perempuan mempunyai peran penting dalam pengelola lingkungan dan pembangunan. Partisipasi penuh mereka sangat penting untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar