….. Kubuka album biru, penuh debu dan usang.
Kupandangi
semua gambar diri… kecil bersih belum ternoda….
Terdengar
suara Melly Goeslow dari siaran radio favoritku. Membawaku mengitari masa yang
pernah ada di hidupku. Ibuku…. Aku tak pernah mengenali seorang yang telah
melahirkanku ke dunia. Sungguh memilukan kenyataan yang harus kuhadapi. Aku
sering menanyakan keberadaan ibuku pada Ayahku. Beliau mengatakan bahwa ibu
pergi ke luar kota untuk beberapa waktu dan suatu saat akan kembali lagi. Tapi,
ketika aku menanyakan hal yang sama kepada nenek, nenek justru menjawab kalau
ibuku sudah meninggal dunia sewaktu aku berumur satu tahun. Sampai umurku
menjelang 19 tahun, sekarang aku masih belum mengetahui kebenaran tentang
ibuku.
Kujalani hari tanpa arti dengan
hasrat yang tak pasti. Berbagai kepalsuan yang hadir memilukanku. Namun kucoba
berdiri menatap hari dengan sisa-sisa semangat yang buyar. Di kampus, aku
sering merasa iri kepada teman-teman ketika mendengar cerita tentang keluarga
mereka. Rasanya hanya aku yang tidak pernah merasakan indahnya hidup dalam
sebuah keluarga yang utuh. Setiap hari suasana di rumahku menyedihkan. Nenek ku
selalu saja marah-marah dengan semua orang yang ada dirumah. Apa saja yang
dilakukan oleh orang lain selalu disalahkan. Aku tak mengerti mengapa nenek
seperti itu. Mungkin karena faktor usia yang membuat emosinya sering meledak-ledak
ketika sedang marah. Tapi yang aku herankan, kenapa sekian lama ayahku sanggup
dengan kesendiriannya tanpa seorang pendamping. Ayahku seorang dokter gigi.
Beliau selalu sibuk dan sering pulang pada malam hari, tak jarang pula Ayah
pergi untuk dinas di luar kota. Walaupun begitu, Ayah sangat baik dan perhatian
padaku. Aku juga sangat mencintai Ayah. Beliau selalu mensupport-ku agar aku
bisa berprestasi di kampus. Kata Ayah ibuku pintar, tapi aku harus lebih pintar
dari ibu. Ayah menjadi penyemangat di hidupku untuk selalu menjadi yang
terbaik. Tapi aku tetap membutuhkan kehadiran seorang ibu, kasih sayang seorang
ibu selalu kuimpi. Apakah ini takdir yang harus kuterima sepanjang perjalanan
hidupku??? Aku takkan pernah merasakan damainya kasih sayang ibu..?
Matahari tenggelam tanpa rona
keindahan. Hanya kabut hitam yang mengiringi kepergiannya. Akankah ada secercah
cahaya bintang yang kan temani malam dengan kemurnian kilau cahayanya?. Sepinya
malam membawaku kepada kesunyian. Adakah yang bisa menghiburku malam ini??.
Batinku berbisik lirih dalam sepi. Tiba-tiba handphoneku berbunyi, Ayah
menelponku dari luar kota.
“Hallo,
Assalamualaikum…” , terdengar suara ayah dari seberang.
“Waalaikum salam… Fina, kamu udah makan,sayang..?”
Aku
menjawab dengan cepat tanpa pikir panjang agar ayah tidak khawatir denganku,
“Udah, yah.. Ayah dimana sekarang?”
tanyaku.
“Ayah
sekarang masih di Jakarta,nak..
mungkin besok ayah langsung balik lagi kok.
Fina mau dibawa oleh-oleh apa nanti?”.
Aku
menjawab, “Fina pengen ayah cepat
pulang, itu udah cukup buat Fina
senang..”.
“Ya
udah kalau begitu, jangan lupa istirahat ya,sayang..!”. Pembicaraan dengan
ayah pun berakhir. Aku merasa kesepian tanpa kehadiran ayah di rumah ini.
Aku
merebahkan diri di atas kasur. Ku pandangi langit-langit kamar sambil anganku
melayang jauh. Mungkinkah aku hanya anak pungut di keluarga ini??. Kenapa hal
ini harus kualami di perjalanan hidupku. Aku ingin seperti mereka. Hidup dalam
kedamaian cinta keluarga yang utuh dan penuh kasih sayang. Ku hela napas
panjang, untuk sekedar melepas penatnya pikiranku. Dan aku tersadar dari
lamunanku ketika kudengar suara ketukan pintu kamar. “Fina, makan malam dulu,
nanti kamu sakit loh kalau telat
makan..!”. Nenek menyuruhku untuk segera makan malam.Aku menyahut dari dalam
kamar, “Iya, nek.. Fina bentar lagi
langsung makan koq..” . Lalu aku
bergegas menuju ke ruang makan untuk makan malam bersama. Sehabis makan malam,
aku masuk ke kamar untuk belajar supaya midtest
besok berjalan lancar.
Sepulang
dari kampus, seperti biasa aku mengetuk pintu dan masuk sambil mengucapkan
salam. Tapi kali ini aku dikejutkan oleh semua orang yang ada di rumah. Ya
Allah,, aku sedikit pun tidak ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku
yang ke-19. Semua mengucapkan selamat dan aku mendapat berbagai macam bingkisan
sebagai hadiah ulang tahunku. Aku merasa sangat senang. Ternyata mereka semua
sangat menyayangiku. Ayah orang pertama yang memberi ucapan selamat untukku. Di
rumah pun diadakan acara berdoa dan makan bersama. Tapi, satu yang mengganjal
di pikiranku. Sewaktu aku bersalaman dengan semua orang-orang terdekatku,ada
satu orang ibu-ibu yang tadi sempat bersalaman denganku dan sepertinya ibu itu
tak pernah kulihat sebelumnya. Kira-kira dia siapa ya? Aku pun tak sempat
berkenalan dengannya saat salaman tadi. Malam itu aku langsung menbuka
kado-kado hadiah ulang tahunku itu. Aku dapat banyak hadiah. Kado terakhir
bentuknya sangat kecil. Aku tak sabar ingin mengetahui apa isi kado tersebut.
Di dalamnya ada secarik kertas kecil, dan langsung kubaca. “Selamat ulang tahun
ke-19 ya sayang, love, Mama.” Alisku mengerut sesaat sambil terus ku amati
kalung yang merupakan isi kado tersebut. Kalung berbentuk hati yang di dalamnya
ada foto aku dan……. foto seorang wanita. Aku ingat! Ini kan foto ibu tadi yang
belum kukenal itu. Aku langsung keluar dari kamar untuk mencari wanita yang ada
di foto kalung itu. Ku dapati dia dimushalla. Sepertinya dia baru saja selesai
shalat isya dan sedang berdoa. Diam-diam aku mendengar ucapan doanya dengan suara
lirih. “Ya Allah, maafkan aku karena telah mengabaikan tanggung jawabku sebagai
seorang ibu dan meninggalkan buah hatiku selama bertahun-tahun
lamanya..terimakasih ya Allah, engkau telah melindunginya dengan
cinta-Mu..Berikan kedamain di hati anakku Fina, ya Allah. Aku sangat
menyayanginya..”
Aku
tersentak mendengar doa-doa yang di panjatkan ibu itu, yang ternyata doa itu
adalah untukku. Dadaku berdegup kencang. Aku seperti sedang di dalam mimpi. Aku
menghadapi kenyataan yang di luar
perkiraanku dan tak pernah kuduga sebelumnya. Tak terasa air bening jatuh dari
kelopak mataku. Aku langsung berlari dan memeluk wanita itu. Ibuku. Ya, dia
ibuku. Seorang yang selalu kurindukan dalam hidupku. Kini aku bisa merasakan
hangatnya pelukan seorang ibu. Seakan detak jantungku menyatu dengan detak
jantungnya. Aku tak bisa berkata. Ibuku pun sepertinya menahan isak tangisnya
dan memandangku dengan senyum penuh kebahagiaan. Kami telah saling mengerti,
bahwa kami adalah satu hati yang terpisahkan.
Malam ini aku sangat bahagia.
Kebahagiaanku terlalu indah untuk dituliskan dalam kata-kata. Dan malam ini
tabir itu terungkap sudah. Ternyata Ibuku tidak tinggal bersama kami karena
dulu keluarga ayahku tidak setuju atas pernikahan mereka karena ibuku berasal
dari keluarga miskin dan dianggap tidak pantas untuk menjadi anggota keluarga
ini. Namun kini ibu kembali dengan membuktikan bahwa dia bisa menjadi menantu
yang bisa dibanggakan. Ibuku kini telah menjadi pengusaha tekstil yang sukses.
Ternyata ayah ke Jakarta setiap bulannya adalah untuk bertemu dengan ibu. Kini
kami telah menjadi satu keluarga yang harmonis. Aku sangat bahagia.
Ibuku cantik,ibuku baik,ibuku
pintar, aku bangga padanya. Berkat ketulusan doanya aku bisa bertahan dalam
kemelut sepi yang meraja selama bertahun-tahun. Keikhlasan hatinya buatku tabah
menghadapi perjalanan hidupku tanpa kasih sayangnya. Ketulusan cintanya
menjadikanku seorang yang lebih menghargai hidup sebagai suatu proses untuk
berusaha melakukan yang terbaik. Perjuangan ibu begitu besar untuk hidupnya,
demi keluarganya. Terimakasih Ya Allah, Engkau telah mengembalikan ibuku
kembali bersama kami..jangan pernah Engkau pisahkanku darinya. Ya Allah, di
setiap doa hamba selalu hamba panjatkan, jadikanlah ibu hamba bidadari syurgaMu
karena doa dan ridha ibu pulalah Engkau pun ridha hingga hamba bisa lahir ke
dunia dan merasakan nikmatnya anugerahMu. Izinkanlah hamba juga meraih syurgaMu
di bawah telapak kaki ibu. Namun perpisahan ini buatku mengerti bahwa kita akan
menyadari betapa nilai seseorang lebih berarti justru ketika dia tiada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar