Air mataku lilin
Setelah khusuk berdoa
Lebur menjadi puisi
Dalam goresan luka
Dan cahayaku tinggal lentik sepi
Kumasuki segala ruang, kumenerawang
terang
Adakah yang menyeruak dan memberiku
sebuah senyuman?
Tidak, tidak ada..
Aku meninggalkan mereka yang semakin
riuh dalam tawa-tawa renyah ku menjauh
Apakah tak ada yang lebih menarik dari
kesenangan harta, cinta, rindu dan kemaksiatan?
Mereka tahu segalanya
Tapi mengapa kemunafikan tetap jadi
incaran?
Diantara tawa iblis yang memekik
diam-diam
Terus mengendap-endap dalam geliat
hasrat mencegat kebaikan dari jiwa-jiwa yang telah sekarat
Aku melangkah perlahan
Menerka-nerka wajah pucat kesakitan
Setelah kemaksiatan
Sebelum maut menjelang dan semua
tinggal kenangan
Riwayat telah gagu dalam tubuh kaku
Semua merebahkan letih tangis
Saudaraku tercinta, tak perlu
menangis..!
Siapa yang jatuh hati pada kematian?
Siapa yang jatuh hati pada kematian?
Yang menyeru namanya dalam bisikan
mesra?
Tak ada yang abadi bukan?
Kau pun tahu itu
Tapi kenapa semua masih terjadi?
Korupsi, seks bebas, narkoba begitu
menggila..!!
Aku harap-harap cemas dalam gemas
Hujan turun tertatih-tatih bersama
gumpalan gelisah
Aku ingin datang padaMu Ya Allah..
Mengadukan resah meninggalkan gundah
nuraniku
Ku ikuti kehendak badai
Tapi ia malah membuatku terlempar ke
cakrawala
Cakrawala yang menghindar setiap kali
ku ingin menapak
Menyebabkan perjalananku makin hambar,
Kelam mengaburkan penglihatan ke ujung
jalan
Oouughh… Apa yang terjadi denganku?
Terdengar langkahnya tergesa bersama
angin
Yang menyentuh ranting kamboja
Kenyataanku pasrah dalam ucapan;
“Asyhhaduallaa ilaaha illallaah,
“Asyhhaduallaa ilaaha illallaah,
Wa ashhaduanna
muhammadurrasuulullaah...”
Nyeri lama tidak terasa
Derita terlupa
Nyawa tertangkap kekal dalam pelukanNya
Sesaat keheningan tercipta
Pemberhentian kata yang tercatat dalam
luka
Walau kini bahagia melumatkan rasa
Aku mabuk kepayang dalam maut
Dan yang tadi
Adalah pandangan terakhir untukku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar